Indonesia memiliki banyak seniman di bidang musik yang handal, dari 1960 hingga sekarang silih berganti para komposer (pencipta/penggubah lagu) mewarnai perjalanan musik kita dari masa ke masa. Meski popularitas mereka biasanya tergusur oleh para biduan yang menyanyikan lagu-lagu mereka, akan tetapi sebenarnya merekalah yang menciptakan trend musik di setiap dekade.
Sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi mereka, arasadeta menyajikan daftar para komposer yang memiliki produktivitas tinggi dengan karya berkategori hitsmaker dan dibawakan oleh beberapa penyanyi berbeda. Urutan peringkat bukan berdasarkan kualitas, namun berdasarkan popularitas lagu-lagu yang banyak menjadi hits pada kurun waktu tertentu. Mungkin ada beberapa nama yang saat ini terlupakan karena sudah tidak aktif lagi di blantika musik tanah air.
20. Adjie Soetama sangat berjasa dalam mengangkat karir alm. Chrisye. Lewat lagu âAku Cinta Diaâ (1985), popularitas Chrisye menanjak tajam. Belakangan lagu ini kembali sukses saat Gita Gutawa mendendangkannya dalam album âHarmoni Cintaâ di tahun 2009. Sejak saat itu ia kerap berkolaborasi bersama Chrisye dalam setiap kesempatan termasuk dalam menggubah lagu. Hasilnya Vina Panduwinata berhasil meraup sukses lewat lagu âCintaâ (1986), sementara itu, lagu âHip hip Huraâ (1987) kembali mengulang sukses Chrisye sebelumnya. Lagu lainnya yang lumayan menuai sukses diantaranya âAda Kamuâ (Irianti Erningpraja-1987) dan âTinggal Bilangâ (Trie Utami-1990).
19. Amin Ivoâs seperti halnya Bebi Romeo, berhasil membangun nuansa tempo dulu dalam lagu-lagu âbaruâ miliknya. Lewat âKau Bukan Dirimuâ (1993) masyarakat seolah menikmati lagu nostalgia padahal lagu tersebut adalah lagu terbaru Dewi Yull saat itu. Musik panggung, televisi, dan radio pada pertengahan dekade 1990-an menjadi serba nostalgia. Tidak heran jika pada kurun waktu itu Amin Ivoâs kebanjiran order. Setelah âKau Bukan Dirimuâ, Dewi Yull membawakan lagu berikutnya, âKini Baru Kau Rasaâ (1994). Karya cipta Amin juga dibawakan Rafika Duri (âKekasihâ, 1994), Andi Meriem Matalata (âMudahnya Bilang Cintaâ, 1994), Christine Panjaitan (âGetaran Kasihâ, 1995), Emilia Contessa (âTakkan Pasrahâ, 1995), Iis Sugianto (âKemana Lagiâ,1995). Semua rata-rata mendapat sambutan positif masyarakat. Amin juga pernah menggubah lagu ber-genre dangdut lewat vokal Rita Sugiarto (âBiarlah Meranaâ, 1996).
18. James F. Sundah mulai berkibar di jagad musik tanah air sejak 1977, kala itu lagu âLilin-lilin Kecilâ ciptaannya yang dibawakan alm. Chrisye menjadi pemenang Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR) Prambors. Di era â80-an, ia semakin menanjak dengan lagu-lagu larisnya, diantaranya âAstagaâ (1986) dan âAmburadulâ (1987) keduanya dibawakan oleh Ruth Sahanaya; serta âSakukurataâ (1986) yang dinyanyikannya sendiri. Tembang âAstagaâ menjadi salah satu tembang yang fenomenal di Indonesia, sampai kini lagu tersebut demikian melekat di hati para pecinta musik. Sementara itu lagu âSeptember Ceriaâ (1983), yang juga fenomenal, serta âCintamuâ (1989) berhasil melejitkan nama Vina Panduwinata dan Yana Julio. Tak banyak orang ingat ternyata Krisdayanti (waktu itu menggunakan nama Dayanthi) di kala remaja sempat menyanyikan karyanya berjudul âJangan Lagiâ (1991).
17. Ian Antono adalah komposer yang produktif dan hitsmaker yang mewakili aliran musik rock. Selain menciptakan lagu untuk band-nya God Bless, karya-karyanya kerap pula dipopulerkan oleh penyanyi-penyanyi solo. Banyak lagu hits lahir dari tangannya, yang paling sukses adalah âPanggung Sandiwaraâ yang beberapa kali dirilis ulang, demikian pula halnya âUang...Lagi-lagi Uangâ (Pretty Sister-1983) yang kemudian direkam ulang dengan judul âUangâ oleh Nicky Astria sepuluh tahun kemudian, dan oleh band Cokelat sekitar dua puluh tahun kemudian (terdapat dalam album "Tributte to Ian Antono"-red). Lagu lainnya yang cukup mendapat sambutan adalah âTertipu Lagiâ, âRumah Kitaâ, âNeraka Jahanamâ ketiganya milik God Bless; dan âSukaâ (Nicky Astria-1995). Satu lagu yang ia persembahkan untuk sahabatnya Ahmad Albar secara solo sempat mengejutkan khalayak karena bernuansa Timur Tengah, berjudul âZakiaâ, lagu ini sampai sekarang ditasbihkan sebagai lagu dangdut yang kerap didendangkan para biduan dangdut. Sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi Ian Antono, perusahaan rekaman Sony BMG Indonesia merilis album "Tributte to Ian Antono" tahun 2004, para penyanyi yang terlibat di album ini diantaranya grup band Padi, Gigi, Sheila On 7, /rif, Audy, Glenn Fredly, dan sebagainya. Lagu andalan dari album ini adalah "Rumah Kita" yang dinyanyikan seluruh penyanyi dan dinamakan Indonesian Voices.
16. Dadang S. Manaf terhitung sangat produktif di era â80-an sampai â90-an. Tidak seperti komposer kebanyakan yang biasanya segmented, Dadang tidak mengenal âpop cengengâ atau âpop kreatifâ karena karya-karyanya menyebar di kedua aliran pop itu. Jadi tidak heran, lagu ciptaan Dadang bisa menjadi hits lewat suara Chrisye, Tika Bisono, Ermy Kullit, tapi bisa pula dipopulerkan oleh penyanyi semacam Angel Pfaff, Endang S. Taurina, Iis Sugianto atau bahkan Poppy Mercury. Beberapa karyanya yang terkenal âKetika Senyummu Hadirâ (1990) yang dilantunkan oleh Tika Bisono, yang kini dikenal sebagai psikolog kondang, âNostalgia SMAâ (1988) yang disuarakan dengan manis oleh Paramitha Rusady, âJanuari yang Biruâ (1986) tembang syahdu Andi Meriem Mattalata, juga âBetapa Aku Sayang Padamuâ (1994) milik Poppy Mercury.
15. Dorie Kalmas, salah satu komposer dari banyak lagu hits sepanjang pertengahan â80-an sampai akhir â90-an. Karyanya antara lain dinyanyikan oleh Fariz RM, Yana Julio, Andi Meriem Mattalata, Titi DJ dan masih banyak lagi. Meskipun beberapa lagunya kerap kali mirip dengan lagu 'orang lain', tapi dia sukses mengangkat banyak nama. Beberapa hits-nya yan cukup sukses di pasaran adalah âIman dan Godaanâ (Fariz RM & Dian PP-1989), âBahasa Kalbuâ (Titi DJ-1999), âHasrat Cintaâ (Yana Julio-1994) dan âSelamanya Cintaâ (Yana Julio-1995), âSegala Rasa Cintaâ (Fryda-1998), âBilaâ (Irma June-1991), âSusi Bhelelâ (Fariz RM-1989), âKembalilahâ (Ronnie Sianturi-2000), âHanya Ingin Dirimuâ (Asti Asmodiwati-1992), dan lain-lain. Karyanya yang fenomenal adalah âNada Kasihâ (Fariz RM & Neno Warisman-1987 yang dirilis ulang Rio Febrian & Erra Fazira-2000).
14. 2D (Dian Pramana Poetra & Deddy Dhukun). Dian Pramana Poetra mulai eksis pada 1980 di ajang festival Lomba Cipta Lagu Remaja 1980. Dian sempat meraih juara tiga lewat lagu "Pengabdian". Di kemudian hari ia lebih sering berkolaborasi dengan musisi Deddy Dhukun, baik ketika menyanyi ataupun dalam mencipta lagu, hingga membentuk duo 2D yang menghasilkan hits âKeraguanâ (1987) dan âMasih Adaâ (1989). Grup lain yang merupakan âturunanâ 2D yaitu Kelompok 3 Suara (K3S) dengan menambah satu penyanyi lagi (yang juga salah satu musisi handal-red), Bagoes A. Ariyanto, dan menghasilkan dua lagu yang meledak dipasaran di tahun 1987 berjudul âOh Ya??â dan âBohongâ. Sejumlah penyanyi besar di masa itu sempat menyanyikan karya Dian dalam album rekaman. Mulai dari Fariz RM, Utha Likumahuwa, Ruth Sahanaya, Hetty Koes Endang, hingga Chrisye dan Broery Marantika. Beberapa hits sukses karya Dian (dan 2D-red) yang dibawakan penyanyi lain diantaranya âAku Ini Punya Siapaâ (January Christie-1987), âBiruâ (Vina Panduwinata-1987), âKuingin Kau Adaâ (Trie Utami-1989), âJalan Masih Panjangâ (7 Bintang-1989) dan âMasa Kecilkuâ (Elfaâs Singer-1988). 2D juga pernah memiliki andil dalam mengorbitkan penyanyi muda, sebut saja Ismi Azis dan Malyda. Lagu âSemua Jadi Satuâ (1987), karya 2D, berhasil mempopulerkan nama Malyda di blantika musik Indonesia, sementara Ismi Azis namanya tiba-tiba melesat setelah merilis lagu "Untukmu Sayang" (1988). Hits solo Dian yang sempat sukses yaitu âKau Seputih Melatiâ (1986) dan âMelati di Atas Bukitâ (1985). Sementara setelah 'berpisah' dengan Dian, Deddy bersama Malyda pernah berkolaborasi bersama Fariz RM menghasilkan hits âTak Pernah Berubahâ (1990) dan juga duet dengan Trie Utami dalam lagu ringan âEntah Apanyaâ (1990). Deddy juga pernah mencoba mengorbitkan penyanyi baru, Mira Indrasari di tahun 1993 dengan tembang yang lumayan populer di radio-radio, âAda Apa?â, namun sayang, sekarang nama Mira tidak terdengar lagi di blantika musik kita.
13. Younky Soewarno adalah musisi yang berperan besar dalam debut karir dua diva Indonesia, Krisdayanti (KD) dan Rossa. Bersama Christ Pattikawa, ia membawa KD ke pentas Asia Bagus hingga akhirnya menjuarai Grand Final tahun 1992. Sementara itu, album âNada-nada Cintaâ (1998) yang ia garap menandai awal eksistensi Rossa di blantika musik Indonesia. Ia pun sukses membawa trio AB Three, yang juga jebolan Asia Bagus, menuju kesuksesan lewat karya-karyanya. Dalam album perdana trio Widi, Nola,dan Lusy yang bertajuk âCintailah Akuâ (1995), hampir seluruh lagu digubah oleh Younky Soewarno. Di album ini terdapat lagu daur ulang dari hits Atiek CB âTerserah Boyâ (OST Catatan Si Boy-1989) dalam versi lirik berbahasa Inggris yang ditulis oleh Tengku Malinda, presenter berita TVRI, berjudul âGet Into the Heatâ. Hampir seluruh album AB Three yang pernah dirilis, diproduseri pula oleh Younky. Beberapa hits lain dari Younky diantaranya âJerat-jerat Cintaâ (Trio Libels-1992), âTanpa Dirimuâ (Paramitha Rusady-1991), âCintaku Padamuâ (1992) dan âSanggupkah Akuâ (1990), keduanya milik Ita Purnamasari, âBiar Kusimpan Rindukuâ (Novia Kolopaking-1994), âIzinkanlahâ (Nike Ardilla-1991, diciptakan bersama Cecep AS-red), Bias Sinar (Nicky Astria-1990), âHarus Kumilikiâ (Ruth Sahanaya-1994), âCemburuâ (Atiek CB-1990), âSudahlah Aku Pergiâ (Ahmad Albar-1992), dan masih banyak lagi. Yang menarik, sang istri Maryati, terlibat dalam banyak lagu sebagai penulis lirik.
12. Pance F. Pondaag merupakan pencipta lagu seangkatan Obbie Messakh di jalur pop melankolis atau bagi sebagian orang yang antipati terhadap genre ini sering mengistilahkannya âpop cengengâ. Selain komposer handal, ia dikenal juga pandai mencetak bintang. Contohnya saja Meriam Bellina dan Dian Piesesha. Meriam memang lebih dulu berkarir sebagai bintang layar lebar, namun sebagai penyanyi, mendiang Pance-lah yang mengorbitkannya. Hits fenomenal yang ia hasilkan yaitu âTak Ingin Sendiriâ (1984) milik Dian Piesesha. Lagu ini pula yang membuat nama Dian menjadi begitu populer di tanah air waktu itu. Album Dian ini menjadi salah satu album terlaris sepanjang masa di Indonesia. Selanjutnya Dian menjadi 'langganan' melantunkan karya Pance, seperti âEngkau Segalanya Bagikuâ (1986) dan âMengapa Tak Pernah Jujurâ (1987). Sedangkan Meriam Bellina terkenal lewat lagu âUntuk Sebuah Namaâ (1984), âKerinduanâ (1985) dan âMulanya Biasa Sajaâ (1987). Demikian halnya dengan Maya Rumantir, awal kiprahnya di dunia musik tak lepas dari tangan Pance. Maya sempat hits dalam lagu âRindunya Hatikuâ (1981) dan âHatiku Masih Rinduâ (1982). Karya Pance juga sempat mempopulerkan enam gadis orbitan JK Records (Prilly Priscillia, Gladys Suwandhi, Annie Ibon, Mega Sylvia, Nindy Ellesse, dan Hana Pertiwi - 6 Artis JK-red) lewat lagu ââKekasihâ (1990). Tiga dari enam artis itu (Gladys, Mega, Nindy-red) belakangan membentuk trio Glamendy. Selain itu tembang âKucari Jalan Terbaikâ yang dinyanyikan Pance sendiri dan kemudian dirilis ulang Broery Marantika, sampai saat ini termasuk salah satu tembang yang paling banyak dicari di tempat-tempat karaoke. Pance meninggal dunia pada 3 Juni 2010 akibat penyakit stroke yang dideritanya.
11. Muchtar B merupakan sosok komposer dangdut yang sangat fenomenal di dekade â80-an sampai â90-an. Karya-karyanya secara umum selalu mampu mengangkat popularitas sang penyanyi. Lirik lagu cinta dan penderitaan acapkali diungkapkan dengan gaya setengah jenaka bahkan jenaka sepenuhnya, sehingga tidak terkesan 'cengeng', inilah salah satu ciri khas dari karya musisi yang wafat pada 5 Januari 2010 ini. Tengoklah lagu yang sangat fenomenal milik Itje Tresnawaty, âDuh Engkangâ (1989), liriknya dipenuhi bahasa campuran antara Indonesia dan Sunda sehingga terdengar kocak tanpa kehilangan maknanya, meski sesungguhnya lagu ini bertemakan penderitaan istri yang diduakan oleh suaminya. Sampai-sampai banyak sekali pencipta lagu dangdut saat itu yang meniru gayanya dengan mencampur bahasa daerah dan Indonesia ke dalam lirik hingga menjadi trend. Di awal karirnya, Itje juga pernah mencetak hasil gemilang lewat karya Muchtar B berjudul "Dibelai" (1983). Selanjutnya Itje kerap berkolaborasi dengannya dan selalu meraih hits, diantaranya lewat "Madu Merah" (1990) dan "Lenggang Kangkung" (1992). Selain itu, ia juga sukses mengangkat pamor penyanyi-penyanyi baru, seperti Evie Tamala, Ine Synthia, dan Lilis Karlina. Lagu sukses lain yang terlahir melalui tangannya, diantaranya âDokter Cintaâ (Evie Tamala-1989), âGoyang Karawangâ (Lilis Karlina-1991), âKacamata Hitamâ (Ayu Soraya-1988), âCinta Bukan Sayur Asemâ (Ine Synthia-1992), dan tentunya masih banyak lagi. Lagu âSuling Bambuâ (1982) milik Herlina Effendi pun begitu terkenal sampai sekarang melebihi popularitas penyanyinya sendiri.
Selanjutnya:
Daftar Komposer Produktif dan Pencetak Hits (Posisi 5-10)
Daftar Komposer Produktif dan Pencetak Hits (Posisi 3-4)
Daftar Komposer Produktif dan Pencetak Hits (Posisi 2)
Daftar Komposer Produktif dan Pencetak Hits (Posisi 1)
Sebelumnya:
Daftar Komposer Produktif dan Pencetak Hits (Posisi 21-28)
5 komentar:
wah komplit sekali gan daftar komposernya,salam kenal ya gudang lagu dangdut
Terimakasih telah membuat sekilas info tentang ayah saya.
Saya putra dari bapak muchtar.b
sekali lagi terimakasih admin ^_^
Oh ya saya juga penggemar lagu dangdut ciptaan muchtar b.. Tpi sya mau. Ingin tanya biografi lengkap dri muchtar b ko nggak ada? Yaitu tgl lahirx dan lahir di mna gitu. .trus sedikit cerita ttg awal dia berkarir di musik dangdut tsb. .Tolong ditampilkan juga.. Trims
Tahukah anda..? Dadang s manaf... kakak kandung.. Ahmad Dhani..
Tidak ada panggung tanpa lagu ciptaan Bang Haji Rhoma irama.....
Posting Komentar