Minggu, 14 Agustus 2011

Mengurai Aroma Mistis Pantai Karanghawu

PANTAI Karanghawu yang terletak di Desa Cikakak, Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, selama ini dikenal karena kisah mistisnya. Pantai yang berjarak sekitar 73 kilometer dari kota Sukabumi dengan koordinat 6°57,29'S 106°27,611'E ini, dipercaya sebagian masyarakat sebagai lokasi bagi singgasana Lara Kadita, Putri Prabu Siliwangi atau yang lebih populer dengan Nyi Roro Kidul. Sebagian lagi menyebutnya Kanjeng Ratu Kidul dan Nyi Blorong.


Persisnya, singgasananya terletak di atas bukit karang yang menjorok ke lautan lepas Samudra Hindia. Di bukit karang itulah Nyi Roro Kidul diyakini pernah menyendiri dan bertapa. Cerita legenda tersebut tak hanya berkembang di masyarakat Sunda, tapi juga konon dipercaya presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Konon, sang Proklamator itu pernah bertapa di patilasan Nyi Roro Kidul.


Dalam cerita rakyat Sunda disebutkan, Nyi Roro Kidul atau Putri Lara Kadita adalah putri kesayangan dan paling dicinta ayahnya, Prabu Siliwangi. Selain dikagumi karena kecantikan parasnya, sang putri juga dikenal berbudi halus. Kecantikan dan kasih sayang berlebih itulah yang kemudian menimbulkan rasa iri dan dengki para selir Prabu Siliwangi. Puncaknya, para selir itu mengirim sihir sehingga sang putri menderita penyakit kulit yang tak ada obatnya. Sang putri pun terusir dari istananya dan berjalan menuju ke arah selatan hingga ke puncak bukit Karanghawu untuk kemudian bertapa. Dalam tapanya, sang putri mendapat wangsit untuk terjun ke laut selatan (Samudra Hindia) agar sakitnya pulih dan menjadi manusia sakti. Karena kesaktiannya itulah, sang putri kemudian menjadi penguasa Laut Selatan dan berjuluk Ratu Laut Selatan atau Kanjeng Ratu Kidul.


Karang dan tebing yang menjorok ke laut hingga kini masih menjadi ciri khas panorama alam di pantai Karanghawu. Disebut Karanghawu karena di areal pantai ini terdapat sebuah karang yang menjorok ke laut dan berlubang di beberapa bagiannya yang membentuk seperti tungku (yang dalam bahasa Sunda disebut hawu).

Meski aroma mistis dan magis masih menjadi salah satu bagian menarik dari objek wisata Karanghawu, namun pesona alam pantai Karanghawu dengan debur ombaknya saat membentur tebing karang lebih menjadi daya tarik dan menantang untuk dinikmati.


Belum lagi bila petang menjelang, kawanan kelelawar dari arah Gunung Halimun berarak di langit. Selain itu, gugusan perbukitan Winarum dan Rahayu yang rimbun ditumbuhi pohon damar dan kiara dengan burung kedasih dan ketilangnya, menciptakan suasana sejuk dan menyegarkan.

Pantai Karanghawu menawarkan panorama alam yang sangat eksotik, dengan udaranya yang sejuk, karang-karang memagari pantai, serta hamparan pasirnya yang luas dan lembut. Selain menawarkan wisatawan bisa melakukan aktivitas berenang dan memancing yang sering dilakukan setiap pagi dan menjelang sore, sejumlah pengunjung juga melakukan aktivitas berselancar, terutama para wisatawan asing.

Kawasan objek wisata Karanghawu selama ini dikenal sebagai daerah transit bagi pengunjung yang beristirahat melepas lelah seusai melakukan perjalanan panjang dari daerah Banten Kidul, Bayah, Cikotok Pandeglang, dan lainnya ke arah Sukabumi atau Bogor.

Di puncak Winarum terdapat makam dan patilasan yang dikeramatkan, yaitu makam Syeh Hasan Ali, seorang ulama besar dan cukup terkenal di daerah Sukabumi. Seorang ulama yang memimpin pertemuan membangun siasat penyebaran agama Islam di daerah selatan. Sementara itu, di puncak bukit Rahayu terdapat makam seorang tokoh penyebar agama Islam yang bernama Raden Dikudratullah dan Raden Cengkal, keduanya adalah keturunan dari Sunan Gunung Jati.


Hal yang sangat menarik dari kedua bukit karang yang berada di bibir pantai tersebut adalah keberadaan mata air tawar. Banyak pengunjung yang memanfaatkan air itu untuk mandi atau membasuh mukanya karena hal itu diyakini dapat membawa berkah.

Sebenarnya, banyak pemandangan alam yang bisa dinikmati saat berkunjung ke pantai Karanghawu. Bahkan saat alam sedang tidak bersahabat sekalipun, Karanghawu tetap dikunjungi banyak orang, terutama untuk sekadar menikmati ombak besar yang menghantam karang dan menciptakan bunyi yang cukup keras. 

Bagi kaum muslim, kisah yang melatarbelakangi legenda pantai Karanghawu semestinya hanya untuk dijadikan referensi kekayaan budaya Indonesia semata, tidak harus meyakini secara berlebihan yang bisa berakibat terjerumus ke dalam kemusyrikan. Yang terpenting, dengan menikmati keindahan alam disana harus dapat menjadikan anda lebih mensyukuri nikmat dan menemukan kebesaran Sang Pencipta, Allah swt.

0 komentar:

Posting Komentar

Komentari walau dengan sedikit kata. Jika ingin menambahkan icon smiley, ketik karakter seperti yang tertera di samping kanan icon yang mewakili perasaan anda.

Artikel Popular

Arsip

detikcom

Peringkat Alexa